Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Review Film Dua Garis Biru (2019), Salah Satu Film Indonesia Terbaik Tahun Ini


Pada kesempatan ini, kami akan me-review film Dua Garis Biru. Sebuah film Indonesia terbaru genre drama romantic yang sempat kontroversial karena mengangkat tema yang cukup sensitive di Indonesia, yaitu tentang hamil di luar nikah.

baca review film dua garis biru

Review Dua Garis Biru (2019)


Meski sempat mendapat penolakan dari sebagian masyarkat, film Dua Garis Biru ternyata mampu membuktikan kualitasnya sehingga tetap mampu mengumpulkan jumlah penonton cukup banyak dan menjadi salah satu film Indonesia terlaris tahun 2019.

Nah, bagi kamu yang ingin menonton film Dua Garis Biru, alangkah baiknya jika kalian membaca review berikut ini terlebih dahulu!


Sinopsis Film Dua Garis Biru (2019)


Tanggal rilis: 11 Juli 2019 (Indonesia)
Sutradara: Ginatri S. Noer
Skenario: Ginatri S. Noer
Penghargaan: Piala Citra untuk Penulis Skenario Asli Terbaik, LAINNYA
Produser: Chand Parwez Servia, Fiaz Servia

Sinopsis:

Mungkin Dara dan Bima bukan pasangan kekasih sempurna, tapi mereka adalah sahabat yang saling melengkapi.

Saat berdua mereka bisa jadi diri sendiri, kebodohan bisa ditertawakan, dan kerapuhan tak perlu ditutupi. Rasa nyaman lebih dari sekadar kata sayang atau cinta. Usia 17 tahun tak pernah sesempurna ini. Hingga muncul keberanian baru di antara mereka.

Berdua mereka melanggar batas tanpa tahu konsekuensinya. Kini Bima dan Dara berusaha menjalani tanggung jawab atas pilihan mereka.

Mereka pikir mereka siap jadi dewasa untuk menghadapi segala konsekuensinya. Namun, tentu keluguan mereka langsung diuji saat keluarga yang amat mencintai mereka tahu, lalu memaksa masuk dalam perjalanan pilihan mereka.


Review Film Dua Garis Biru (2019)


CERITA

Dua Garis Biru mengambil tema paling membahayakan dan krusial dalam era ini, nyatanya Gina S. Noer mengubah tema itu menjadi lebih menyenangkan dan nyaman untuk ditonton.


Menyajikan drama yang sangat emosional, menghangatkan, dan mematahkan hati, ditambah lagi dengan naskah yang sangat kuat menjadikan renungan bagi penonton.

review dua garis biru
Review dan Sinopsis Dua Garis Biru

Diawali mungkin dengan terlalu cepat, latar belakang pasangan yang kurang jelas, namun juga langsung menjejalkan banyak konflik yang rumit dan menyebalkan. Namun, disajikan secara kekeluargaan dan seperti natural tanpa dibuat-buat.

Kata orang, mungkin disisipi juga komedi yang lucu. Namun, bagi saya unsur komedi yang disajikan terlalu cringe dan tidak pantas untuk ditertawakan, apalagi kebodohan Bima. Ending-nya juga mungkin terlalu anti-klimaks dan tidak terlalu bisa meninggalkan kesan yang lama. Review dua garis biru berikutnya akan membahas akting para pemeran film Dua Garis Biru.


AKTING DAN PERFORMA

Angga Yunanda memang sangat menjiwai sekali dalam berperan sebagai Bima. Ia berhasil menjadi karakter yang polos tapi bejat juga. Wkwk. Cukup menyedihkan jika melihat kehidupan Bima yang tersiksa karena hal pacaran yang merugikan semua kalangan di sekitarnya.

Adhisty Zara hanya berhasil dalam beberapa sekuens untuk memerankan Dara. Ia kadang salah ekspresi dan juga membuat adegan cringe dalam beberapa bagian.


Justru yang paling totalitas diantara mereka adalah orang tua di belakang yang berhasil mencuri perhatian penonton. Cut Mini dan Lulu Tobing menjadi ibu dengan dua latar belakang dan karakterisasi yang bertolak belakang.

Cut Mini menjadi ibu yang pasrah dan menerima apa adanya, meskipun sebenarnya dia juga harus berjuang dalam kerasnya kehidupan Jakarta.

Lulu Tobing yang comeback setelah vakum aktingnya bisa menjadi ibu yang lebih keras, tegas, dan emosional.

Review Film Dua Garis Biru (2019), Salah Satu Film Indonesia Terbaik Tahun Ini
Review Film Dua Garis Biru (2019), Salah Satu Film Indonesia Terbaik Tahun Ini

Kalimat yang keras dengan intensitas tinggi menjadi bentuk kasih sayangnya kepada Dara. Begitu juga dengan Arswendy Bening Swara dan Dwi Sasono. Memang perilakunya sangat mirip dengan pasangan mereka, namun tetap membantu cerita untuk berkembang lebih mengena dalam pandangan orang tua.

Pemeran pendukung lainnya memang cukup membantu jalan cerita, meskipun porsi mereka sedikit, seperti Rachel Amanda dan Maisha Kanna. Sayangnya juga Asri Welas tidak bisa membuat saya tertarik pada karakternya.


TEKNIS PENDUKUNG

Dipenuhi dengan metafora yang mengesankan, 'Dua Garis Biru' dihiasi oleh pergerakan kamera yang sangat dinamis dan set yang berwarna-warni dan tidak membosankan. Sinematografi Gina S. Noer sebagai sutradara debut memang sangat perlu diapresiasi.

Sangat bermakna dan meninggalkan kesan yang bagus terhadap penonton. Adegan terbaiknya yang paling digemari adalah adegan long-take UKS. Meskipun sempit, film ini berhasil mengadegani banyak keadaan, mulai dari Bima-Dara, orang tuanya, bahkan teman-teman di luar UKS.


Mungkin bisa teresapi dengan baik, meskipun bagi saya tidak terlalu berefek pada feel film ini. Set yang Korea banget, pinky dan menggemaskan semakin memanjakan mata kita.

Ditambah lagi dengan soundtrack yang sangat relate terhadap cerita dan enak untuk didengar, semakin membuat penonton lebih enjoy untuk menikmati film ini. Sayangnya, teknik pemotongan adegan kadang terlalu mengganggu.


REVIEW

Kesalahan mungkin akan menuntun seseorang pada kehilangan yang tak terhitung, dan kehilangan itu akan memberi pelajaran yang sama besarnya.

Gina S. Noer berani memvisualisasikan serta menyuarakan keadaan pergaulan remaja saat ini, akibat menabukan pendidikan seks sejak dini. Pengungkapan gagasannya begitu berani, kuat dan tak jarang memilukan.

Gina juga sukses membuat film Dua Garis Biru begitu dekat dengan kehidupan nyata kita, dengan mempercontohkan kemungkinan-kemungkinan terburuk yang akan dihadapi.

Dua Garis Biru bercerita tentang kehidupan Bima dan Dara yang harus menerima kenyataan menjadi orang tua di usia dini.

Ulasan review Dua Garis Biru (2019)

Penuturan Gina dari awal hingga akhir cerita memang terasa menurun. Dibuka dengan kuat, dengan gambar-gambar yang bisa menampar kita jika terus menutup mata.

Momen lari dari kenyataan, pengakuan, hingga proses bagaimana orang tua menerima kenyataan menjadi sorotan terbaik untuk Dokter pribadi. Ditambah dengan barisan pemeran hingga teknis pengambilan gambar yang sempurna, membuat saya banyak terenyuh dan terhenyak hingga sepertiga cerita menuju akhir.

Bagaimana ceritanya berakhir dengan masuk akal, nyatanya malah meninggalkan sisi yang tak terjamah namun begitu saya nanti. Gina memang ‘hampir’ menyentuh itu. Momen di mana orang tua Dara menunjukkan perkembangan yang menarik.


Saya lebih berharap kecelakaan Dara ini membuka mata mereka mengenai bagaimana cara menjadi orang tua. Bahkan dialog di mana David meminta Dara menjadi lebih baik dari dirinya dan ibunya sudah membuka asa yang bisa menciptakan akhir mengharukan.

Film Dua Garis Biru semestisnya tak hanya menjadi cerita antara Bima dan Dara, tetapi juga antara ibu dan calon ibu,  orang tua dan anak, antar remaja dalam pergaulan, dan bagaimana menyikapi kasus seperti ini dengan cara bijaksana.

Keputusan Dara memang konyol tapi masuk akal. Setidaknya saya puas dengan akhir cerita Bima yang memperlihatkan bagaimana seharusnya seorang ‘Ayah’ mengambil sikap.

Tag: download dan review dua garis biru film indonesia terbaik, daftar pemeran film dua garis biru adalah Zara JKT 48, cantik dan adegan favorit. Fakta di balik diangkat dari kisah nyata. Dua garis biru review indonesia.

Demikian ulasan review film Dua Garis Biru (2019), salah satu film terbaik tahun 2019. Kamu sudah nonton film Dua Garis Biru? Bagikan review dan ratingmu di komen bawah ini ya!

Post a Comment for "Review Film Dua Garis Biru (2019), Salah Satu Film Indonesia Terbaik Tahun Ini"